The RK Official Website

20 Nov 2016

Sejarah Kyai Nawawi

Menurut penuturan banyak tokoh desa Bungo, beliau adalah seorang pendatang dari desa di sekitar Mayong, Jepara, dan beliau adalah cucu Syeikh Ja'far Shodiq atau Sunan Kudus melaui anaknya; Kyai Ndeles.

Orangtuanya memberikan nama "Nawawi" agar kelak beliau menjadi seorang ulama' besar seperti Imam Nawawi dari Syria pada abad ke-13 Masehi.

Makam Kyai Nawawi, c. 2014



Makam Kyai Nawawi di belakang Masjid Jami' Syuhada'. Pada tahun 1998, cungkup yang menutupinya dibuka, menurut penuturan beberapa tokoh Bungo, itu atas permintaan beliau sendiri.

Tujuan kedatangan Kyai Nawawi ke desa Bungo adalah untuk mengisi kekosongan ulama' di desa ini dan untuk memakmurkan masjid Jami'.

Kyai Nawawi adalah ulama' penghafal Al-Qur'an, beliau juga seorang ahli yang menulis Al-Qur'an dengan tulisan tangan. Kitab suci itu berukuran 30x45 cm, dan sampai tahun 1966 kitab itu masih tersimpan di atas loteng atau plafon masjid di sebelah soko gurunya. Namun sekarang keberadaan kitab yang berharga itu tidak diketahui.

Tiada yang tahu, siapakah nama istri beliau dan dari mana asalnya. Keduanya menikah, berkeluarga dan beranak-pinak di sini.
Keturunan Kyai Nawawi banyak yang menjadi orang-orang terkemuka, dalam agama maupun politik Desa Bungo.

Pengetahuan penduduk desa Bungo tentang Kyai Nawawi adalah sedikit, bahkan mereka hampir melupakannya.
Pada tahun 1973, KH Fauzi Noor, seorang ulama' besar dari desa Jungpasir, desa di dekat Bungo mengatakan bahwa ada dua makam di desa Bungo yang "bercahaya dan berbau harum". Mereka adalah Kyai Nawawi di pemakaman Kauman, belakang Masjid Jami' dan seorang pemuda yang gemar membaca Al-Qur'an, namanya Ikhwan yang wafat pada tahun 1965 dan makamnya terletak di pemakaman Brangwetan, desa Bungo.

KH Fauzi Noor memerintahkan orang-orang Kauman untuk menebang pohon besar (krecek) di belakang Masjid Jami' Syuhada'. Setelah pohon itu tumbang maka mereka mencium bau harum di tempat itu, kemudian beliau memerintahkan orang-orang untuk menggali tanah di bawah pohon besar itu dan akhirnya mereka mendapati sebuah nisan dari kayu gaharu di situ dan mengatakan bahwa itu adalah makam Kyai Nawawi.

Pada tahun 1981, tokoh-tokoh desa Bungo mengadakan rapat tentang sejarah, silsilah dan haul Kyai Nawawi untuk yang pertama kalinya.
Sampai sekarang, pada bulan Zul-Hijjah, penduduk desa Bungo mengadakan haul peringatan setiap tahun.

Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan di depan Masjid Jami' Syuhada' menuju arah utara sampai pertigaan tanggul.
Nama Nawawi sangat populer di Desa Bungo, sekarang ini, ada beberapa orangtua di desa Bungo, memberi nama anaknya: "Nawawi", dengan harapan agar kelak anaknya menjadi orang yang saleh seperti Kyai Nawawi.

Demikianlah sejarah Kyai Nawawi Al-Hafidz, sebuah kisah yang baik untuk kita teladani.
Semoga beliau mendapat rahmat dan ampunan dari Allah, tuhan Yang Maha Pengasih.

Naskah sejarah dan silsilah Kyai Nawawi
yang disusun oleh K. Syafiq Hidayatullah.
Naskah ini hanya menceritakan sedikit
tentang sejarah Kyai Nawawi.





Silsilah Kyai Nawawi cetakan komputer.



Beberapa tokoh desa Bungo dari keturunan Kyai Nawawi;
Tokoh agama: K. Abu Badri (ulama' Bungo lor), K. Humaidi (ulama' Bungo kidul), H. Sulaiman (pendiri masjid Baitur Rosyidin).
Tokoh pemerintahan:
H. Baidlowi (kepala desa Bungo era pendudukan Jepang),
Abdul Rosyid (kepala desa Bungo 1989-1998),
Khoirul Anam (kepala desa Bungo 2002-2009),
Imam Wahyudi (kepala desa Bungo 2009-.....),
Akhmad Makky (ketua BPD Bungo 2009-2014),
Fahrur Rozi (Sekretaris Jendral Pengurus nasional Karang Taruna Indonesia 2004).













1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum mas penulis, nyuwun sewu, ngapunten, ada yang punya fotonya simbah kyai nawawi mboten nggih? 🙏