The RK Official Website

9 Jul 2016

Jembatan Bungo dan Aktivitas Pemancingannya

Pada tahun 1987; jembatan Bungo seri ketiga telah berdiri dan mulai digunakan untuk transportasi publik. Jembatan dengan dek dari bahan kayu jati yang dilapisi aspal itu merupakan bangunan kedua sejak era kolonial Belanda.

Jembatan yang menyeberangi kali Wulan itu ternyata sangat besar manfaatnya untuk mengangkat ekonomi kecamatan Wedung dan mengangkat popularitas desa Bungo dari kegiatan pemancingan itu.

Setiap tahun; mulai bulan Juli, ketika air laut masuk ke sungai; para pemancing datang ke jembatan ini untuk sekedar rekreasi memancing, menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari.

Pemancingan akan berhenti sementara di musim penghujan ketika Kali Wulan membawa lumpur dari hulu.

Sebagian kecil pemancing adalah penduduk lokal desa Bungo, namun kebanyakan mereka adalah pelancong dari Semarang, Jepara dan Kudus. Pemancing dari kabupaten Demak sendiri justru jarang mendatangi pemancingan di sini.

Pemandangan sehar-hari di jembatan Bungo.

Rombongan pemancing dari Kabupaten Kudus.
Jumlah pemancing meningkat ketika datang hari libur. Mereka datang ke sini pada Sabtu sore sampai Ahad petang.

Kebanyakan pemancing mengendarai sepeda motor, berboncengan dengan teman-temannya dengan membawa tas yang berisi peralatan memancing yang lengkap beserta perbekalannya.

Cuaca yang panas di siang hari tak sedikit pun mengurangi kesenangan mereka dalam memancing.

Ikan yang mereka sukai adalah ikan kakap (basa Jawa: pelik), dan ikan ini menginginkan udang hidup sebagai pakan, dan pakan itu bisa dibeli dari pedagang di dusun Menco.

Ikan kakap yang mereka tangkap itu kemudian mereka ikat dengan tali dan dibiarkan hidup mengambang di permukaan sungai untuk menjaga kesegarannya.

Jika mereka beruntung maka mereka bisa membawa pulang ikan kakap sampai dengan 15 kg, namun jika tidak beruntung; mereka pulang dengan tangan kosong, namun pulang dengan membawa kesegaran suasana jembatan Bungo.

Memancing adalah sarana hiburan bagi yang menyukainya, walaupun mereka bisa menjual ikan tangkapannya sampai ratusan ribu Rupiah namun aktifitas ini tidak bisa dijadikan pekerjaan sehari-hari karena hasil yang tak menentu.
Ikan kakap hasil memancing untuk lauk-pauk.
Pada tahun 2009, bupati Demak Taftazani meresmikan jembatan Bungo seri keempat, namun jembatan baru itu hanya dipakai oleh para remaja untuk bersantai sambil memandang aktifitas para pemancing.
Para pemancing menganggap bahwa jembatan baru itu terlalu tinggi untuk pemancingan, sehingga mereka lebih menyukai jembatan lama walaupun deknya sudah berlubang sudah rusak dan dengan pagar yang miring.

Kegiatan pemancingan itu mendorong perdagangan di desa Bungo, para pemancing membutuhkan peralatan memancing, makanan dan minuman dan jasa parkir kendaraan.

Pemancingan juga mendorong pariwisata desa Bungo dari tahun ke tahun dan meningkatkan popularitas desa Bungo.

***
Lihat juga:
Eksplorasi jembatan Bungo
Jembatan Bungo semakin terkenal dari tahun ke tahun.
Album Putu Panji 

Gudang Ilmu Desa Bungo

Nostalgia di Bungo Lor.

Muqaddimah

MENU

Tidak ada komentar: