Pak Jamil, no. 1 dari kiri. |
Anak beliau; Yusuf Bakhruddin mendapati ayahnya dengan berlumuran darah di ladangnya pada malam hari dan kemudian teman dekat saya itu segera melaporkan itu ke polisi.
Wafatnya Pak Jamil itu disesalkan dan disayangkan penduduk Bungo karena beliau termasuk orang yang baik, mengapa harus mengalami nasib nahas seperti itu.
Peristiwa itu berpengaruh mendalam dalam hati saya dan saya sangat bersedih, concern dan emosional karena saya mencintai beliau.
Kedekatan saya dengan Pak Jamil diawali sejak 2008 ketika saya terpilih sebagai anggota BPD Bungo dan beliau sebagai LKMD Bungo.
Beliau mendatangi undangan saya dua kali dalam kegiatan penyuluhan pertanian di SD Negeri Bungo 3 dan SMA Islam Raudlotut Tholibin pada tahun 2013 dan 2014. Dan ketika saya menyusun sejarah Kyai Nawawi, maka beliaulah yang memberikan bahan secara rinci dan akurat.
Dan juga beliau bersama saya; meninjau bendungan di dukuh Sadon, Berahan Wetan, pada tahun 2011.
Penduduk Desa Bungo mengakui bahwa beliau termasuk orang-orang yang baik atau saleh.
Selain sebagai aktifis LKMD dan organisasi tani Darma Tirta, beliau adalah orang yang rajin mendirikan salat, mengaji kitab-kitab, tekun bekerja, bersedekah, tutur katanya baik, menjaga hubungan silaturrahim dengan kerabatnya, dan juga mempunyai keberanian untuk amar ma'ruf nahi munkar, mengajak pada kebaikan dan mencegah dari keburukan, dan yang terakhir itu adalah amal yang berat dan hanya bisa dilakukan oleh iman yang kuat.
Satu hari sesudah jasad beliau dimakamkan, saya menduga bahwa pelakunya adalah Soleman, penduduk Brangkulon, Bungo (namanya bukan Sulaiman), dengan asumsi bahwa dia memang orang yang suka bertengkar, suka intimidasi dan merendahkan orang-orang di sekitarnya.
Dan saya juga menduga; ada keterlibatan penduduk Brangwetan, karena orang yang mengetahui keberangkatan Pak Jamil ke ladang adalah penduduk dari situ.
Saya mengenal Soleman sejak 1999 ketika saya dan dia sama-sama bekerja sebagi pencatat meter di PLN SUPP Demak, dan saya mengetahui bahwa dia suka menggelapkan dana sambungan baru calon konsumen.
Pada 2008, saya dan dia sama-sama terpilih sebagai anggota BPD Bungo. saya kecewa dan frustasi karena harus berteman lagi dengan orang seperti dia.
Kesukaannya pada minuman keras dan berkencan dengan gendakan-gendakannya menjadikan ia diberi gelar Leman Baw**".
Dugaan saya ternyata benar 90%. Ketika dia tertangkap di rumahnya pada tanggal 11 Oktober 2015, dan setelah dia tertangkap maka temannya; Saimun melarikan diri ke Jakarta.
Saya tidak kenal dengan Saimun, tapi penduduk mengenalnya sebagai pendatang dari Kebumen yang miskin dan dia bekas preman.
Setiap hari saya concern dengan kasus ini, bahkan ketika bekerja selalu memikirkannya. saya selalu online untuk mencari kabar berita tentang peristiwa itu. Dan baru pada hari Senin sore, 19 Oktober 2015, saya mendapati berita itu.
Soleman, lahir 1968 telah sampai pada masa keemasan dan hampir mencapai puncak kejayaannya. Setelah terpilih sebagai anggota BPD dua kali (2008 dan 2014), sukses terpilih sebagai mantri di PSDA Mijen, dinas pengairan DPUK Kabupaten Demak dan merupakan calon kuat pejabat sementara kepala desa Bungo, Desember 2015. Tapi itu semua adalah hasil "money politics", bukan atas dasar kebaikan atau kepandaiannya.
Kesuksesannya menjadikan dia menyombongkan diri pada kebanyakan penduduk desa Bungo dan merasa tak ada yang berani menegurnya.
Proyek pribadi galian C illegal atas tanah bantaran Kali Wulan sebelah kiri, dan ketika ada orang yang berusaha menegurnya maka terjadilah tragedi yang memilukan itu. Tragedi untuk semua penduduk desa Bungo.
Soleman 'jagoan neon' tidak punya keberanian untuk melakukannya sendirian dan dia mengajak pembunuh bayaran; saimun untuk menambah kekuatan.
Ibunya Pak Jamil berasal dari Bungo Lor, sehingga beliau memiliki banyak kerabat dari Bungo Lor.
Kerabatnya itu aktif berusaha membantu mencari Saimun yang melarikan diri ke Jakarta dengan berusaha memajang foto Saimun dan menyisir beberapa lokasi di Jakarta, tempat perantau Bungo terkonsentrasi.
Desa Bungo, Wedung, Demak, kebanyakan penduduknya adalah termasuk orang-orang sekuler.
Minuman keras, judi togel adalah aktivitas yang terbuka dan tanpa merasa risih dan tanpa merasa takut terkena hukuman.
Wanita-wanita yang tidak berjilbab itu sangat banyak dijumpai di tempat-tempat umum.
Meninggikan orang kaya dan merendahkan orang miskin adalah hal yang lumrah.
Maka pembunuhan terhadap pak Jamil itu hanya menyingkap tabir bahwa; "Abangan lebih kuat daripada kaum santri".
Kerusakan di dunia ini terjadi bukan karena hilangnya kitab-kitab, melainkan karena hilangnya para ulama' dan orang-orang saleh."
Tak ada yang tahu tentang nasib Desa Bungo di masa depan. Kita hanya berdoa agar dijauhkan dari azab Tuhan, hanya doa dan dakwah itu bisa memperbaiki keadaan.
Ya Allah, Tuhan Yang Esa, ampunilah Pak Jamil, tempatkanlah dia di antara kekasih-kekasih-Mu.
Baca juga:
Nostalgia di Bungo Lor, Kampung Halaman
Jalan-jalan ke Jali
Penyebar Islam
Tag: Desa Jali, Kecamatan Bonang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar